Dasar Formulasi Ransum
Perubahan cuaca yang tidak menentu menyebabkan pola hasil panen
pertanian (khususnya bahan baku ransum) menjadi menurun baik kuantitas
(jumlah) maupun kualitas (mutu) nya. Hal ini memicu terjadinya kenaikan
harga ransum sehingga berimbas pada membengkaknya biaya ransum. Salah
satu cara untuk mengurangi resiko membengkaknya biaya tersebut yaitu
dengan membuat ransum sendiri (self mixing).
Tahapan Self Mixing
Tahapan dalam membuat ransum sendiri adalah :
1. Mengetahui kandungan bahan baku ransum dan standar kebutuhan nutrisi ransum
Bahan
baku ransum ayam sebagian besar merupakan hasil pertanian (berupa
jagung, kedelai, bekatul), dimana pertanian di Indonesia saat ini masih
tergantung pada musim. Hal ini ikut menentukan kualitas bahan baku
ransum, sehingga dibutuhkan kecermatan dalam memilih bahan baku
tersebut.
Pemilihan
bahan baku ransum dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif, kita dapat memilih berdasarkan sifat fisik seperti
warna, tekstur, bau/aroma, ukuran partikel, bentuk, adanya bahan asing,
adanya serangga seperti kutu dll. Untuk hal ini diperlukan pengalaman
agar dapat menentukan kualitas secara baik.
Secara
kuantitatif, pemilihan bahan baku ransum didasarkan pada analisis
kandungan nutrisi secara lengkap seperti kadar air, protein kasar,
lemak, mineral dll. Di dalam komposisi bahan baku kadang kala ditemukan
adanya antinutrisi, seperti antitripsin, tanin, saponin maupun toksin
(mikotoksin) yang akan bekerja mengganggu sistem organ di dalam tubuh
ayam.
Oleh
karena itu, kandungan nutrisi dari bahan baku ransum mutlak harus
diketahui oleh seorang peternak untuk menyusun ransum. Data-data
kandungan nutrisi dapat diperoleh dari buku, hasil penelitian, analisis
laboratorium maupun data supplier. Selain kandungan nutrisi,
jumlah kebutuhan nutrisi juga wajib diketahui. Dalam usaha peternakan
ayam, kebutuhan nutrisi masing-masing ayam berbeda sesuai dengan periode
pemeliharaan, jenis dan strain ayam
2. Mendata bahan baku yang ada
Bahan
baku yang dapat digunakan untuk membuat ransum ayam yaitu jagung,
bekatul, bungkil kedelai, tepung daging, tepung ikan, tepung tulang,
tepung batu, DCP (dicalcium phosphate), minyak ikan, minyak kedelai, dll. Bahan baku yang akan digunakan harus memenuhi syarat yaitu :
- Memiliki kandungan nutrisi yang baikKandungan nutrisi yang perlu diketahui antara lain energi metabolisme (EM), protein kasar, lemak, serat kasar, air, kalsium, fosfor maupun asam amino. Bahan baku utama penyusun ransum biasanya dikatakan memiliki kandungan nutrisi yang baik jika memiliki kandungan EM dan protein kasar yang tinggi serta serat kasarnya rendah. Kandungan nutrisi yang baik tersebut terdapat dalam bahan baku yang kualitas fisik, kimia dan biologinya juga baik
- Ketersediaannya kontinyuBahan baku yang akan digunakan harus terjamin ketersediaannya (mudah didapat), karena pergantian bahan baku yang terlalu sering dapat menyebabkan stres dan gangguan produksi pada ayam. Di Indonesia, kontinyuitas atau ketersediaan bahan baku ransum secara rutin dengan kualitas yang stabil menjadi permasalahan yang cukup sulit diatasi. Terlebih lagi, jika penggunaan bahan baku tersebut masih harus bersaing dengan pemenuhan kebutuhan manusia, contohnya pada kasus ketersediaan jagung dan kedelai.Untuk menekan biaya ransum, hendaknya dalam self mixing kita dapat meminimalkan penggunaan bahan baku konvensional, contohnya seperti jagung dan kedelai tersebut. Ada baiknya jika kita bisa memanfaatkan bahan baku non konvensional yang ada di daerah sekitar peternakan seperti limbah perikanan, sorgum, bungkil kelapa sawit, bungkil biji matahari maupun tepung gaplek sebagai campuran ransum dalam self mixing
- Harganya kompetitifBiaya ransum mencakup 70-80% dari seluruh biaya pengelolaan peternakan. Dengan harga bahan baku yang kompetitif diharapkan biaya ransum dapat ditekan
- Tidak mengandung racun/antinutrisiSyarat mutlak bahan baku ransum yaitu tidak mengandung racun (toksik) yang dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas ayam. Selain itu, perhatikan juga zat anti nutrisi dalam ransum yang dapat menurunkan kecernaan ransum. Adanya zat antinutrisi seringkali menjadi faktor penghambat dalam pemakaian bahan baku ransum alternatif
3. Melakukan formulasi ransum
Formulasi
ransum biasanya dilakukan dengan menerapkan program optimalisasi. Yaitu
pemakaian bahan baku yang optimal dengan harga serendah-rendahnya,
namun mampu memenuhi kebutuhan nilai nutrisi yang dibutuhkan ayam.
Untuk membuat suatu formulasi ransum dapat digunakan metode trial and error (coba-coba), rumus aljabar (person's square method) atau linier programming least cost formulation (Brill, WinFeed, dll).
Langkah-langkah dalam membuat formulasi ransum, pertama kita harus
menentukan persentase pembatasan formulasi ransum yaitu batasan maksimal
dan minimal suatu bahan baku dapat digunakan (dilihat dari kandungan
nutrisi dan zat antinutrisi yang mungkin ada). Jika tidak dilakukan
pembatasan, resiko kelebihan dan kekurangan nutrisi akan berdampak pada
tidak tercapainya efisiensi ransum. Pembatasan harga juga perlu
diperhitungkan.
Feed Supplement Sebagai Pelengkap Nutrisi
Seringkali
dalam penyusunan ransum ini kurang diperhatikan kecukupan nutrisi mikro
seperti asam amino, vitamin dan mineral. Hal ini bisa dikarenakan
adanya keterbatasan data mengenai nutrisi tersebut. Ditambah lagi dengan
sifat nutrisi mikro yang mudah mengalami kerusakan baik saat proses
produksi, penyimpanan maupun distribusi sehingga kadarnya menurun,
terutama untuk vitamin. Melihat kondisi ini perlu sekiranya kita
memberikan penambahan feed supplement, yaitu pakan pelengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mikro esensial tersebut.
Contoh feed supplement yang bisa kita tambahkan ialah Top Mix. Top Mix mengandung multivitamin, asam amino, mineral, antioksidan dan growth promoter antibiotic yang berfungsi meningkatkan kualitas ransum. Dosis penggunaan Top Mix bermacam-macam sesuai dengan jenis ayam, namun untuk ayam petelur, penggunaannya sebanyak 2-4 g Top Mix tiap kg ransum. Selain Top Mix, ada pula Mineral Feed Supplement A.
Selain dengan pemberian feed supplement, lakukan pula kontrol manajemen penyimpanan ransum, yaitu dengan :
- Berikan alas (pallet) pada tumpukan ransum
- Atur posisi penyimpanan ransum sesuai dengan waktu kedatangan (first in first out, FIFO) maupun expired date-nya (first expired first out, FEFO)
- Simpan ransum dalam tempat yang tertutup dan terhindar dari sinar matahari langsung
- Perhatikan suhu dan kelembaban tempat penyimpanan ransum
- Sebaiknya ransum disimpan dalam gudang penyimpanan tidak lebih dari 21-30 hari agar kualitas nutrisi di dalamnya tidak menurun
- Hindari penggunaan karung tempat ransum secara berulang dan bersihkan gudang secara rutin
- Saat ditemukan serangga, segera atasi mengingat serangga mampu merusak lapisan pelindung biji-bijian sehingga bisa memicu tumbuhnya jamur
Dalam aplikasi di lapangan, untuk menekan biaya ransum selain membuat ransum murni self mixing
dari beberapa bahan baku ransum yang tersedia, peternak juga dapat
membuat ransum campuran. Ransum campuran yang dimaksud yaitu merupakan
kombinasi antara ransum pabrikan dengan ransum hasil self mixing. Misalnya saja konsentrat yang dicampur dengan jagung, bekatul dan bahan lainnya.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa self mixing merupakan salah satu cara yang dapat diambil untuk menekan biaya ransum dalam usaha peternakan. Kunci keberhasilan self mixing
itu sendiri bukan hanya tergantung dari cara kita memformulasikan
ransum, melainkan juga kontrol terhadap kualitas dan kontinyuitas bahan
baku yang kita gunakan. Dan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi mikro
esensial, gunakan feed supplement. Salam.
Info Medion Edisi September 2011
No comments:
Post a Comment